Sel. Feb 11th, 2025
[Keterangan: (Foto atas) Salah satu Gedung SDN di Surabaya yang dijadikan tempat isolasi mandiri bagi korban terpapar Covid-19 | (Foto bawah) MH. Soleh Ketua umum Japas]

Surabaya | AbangPutih.com – Gelombang penolakan Gedung SDN di seluruh Kota Surabaya yang akan dijadikan sementara sebagai tempat isolasi mandiri bagi korban terpapar Covid-19 semakin menuai protes dari warga. Pasalnya, ide yang telah digagas oleh Pemkot untuk mengalih-fungsikan sementara Gedung SDN tersebut sebagai tempat isolasi mandiri terdekat masih tidak menemui titik temu.

Salah satunya warga di Kelurahan Dupak yang juga sangat menolak keras. Warga Kelurahan Dupak menolak karena di SDN Dupak padat penduduk, dan terkadang masih digunakan para wali murid lalu lalang untuk mengambil tugas dari sekolah bagi mereka yang tidak punya gawai atau ponsel smartphone.

“Dengan adanya penolakan warga maka rencana pemakaian gedung SDN Dupak 1 dibatalkan dan semua warga sepakat untuk tempat isolasi mandiri akan dipindahkan ke lapangan sepak bola yang bertempat di wilayah RW 04 Dupak Bangunsari”, ungkap Lurah Dupak Lutfan Adie Wibowo, S.STP, Sabtu (24/07).

Begitu juga di salah satu wilayah Surabaya Barat. Rencana Pemkot Surabaya untuk memanfaatkan Gedung SDN sebagai tempat isolasi mandiri untuk menampung korban yang terpapar Covid-19 terus mendapatkan penolakan dari warga setempat.

Meskipun telah dilakukan mediasi antara warga dan pihak Kecamatan, namun mediasi tersebut berakhir ricuh dikarenakan suara lantang dari Camat Tandes Drs. R. Dodot Wahluyo, MM dianggap sebagai bentakan saat puluhan warga setempat berkumpul di sebuah Balai RW di jalan Manukan, Tandes, Surabaya.

“Saat saya tegur untuk diam pakai speaker sehingga suaranya terdengar keras, karena saat diskusi tidak bisa fokus sedangkan warga yang diluar ribut,” katanya.

“Saya tidak bisa mengikuti irama seperti itu, kita batalkan saja sekolahan di Wonorejo Manukan Kulon yang rencana akan dijadikan isolasi pasien Covid-19. Kami akan mencari tempat yang lain saja untuk tempat isoman pasien COVID-19,” ujarnya ketika diberitakan oleh beberapa media di Surabaya.

Disamping itu Sunoko, S. Sos selaku Ketua RW 04 Dukuh Kramat Kelurahan Jajartunggal, Kecamatan Wiyung Surabaya juga berpendapat yang sama dan menolak jika Gedung SDN dijadikan tempat isolasi mandiri bagi korban yang terpapar Covid-19.

“Ya saya sebagai salah satu warga Surabaya juga ikut menolak, karena kesannya sudah saru (Tidak Pantas, red) jika salah satu fasilitas negara yang semestinya dijadikan sebagai tempat pendidikan untuk aktivitas belajar-mengajar kok malah dijadikan tempat isolasi mandiri bagi korban yang terpapar Covid-19”, ungkapnya, Minggu (25/07).

“Saya mohon jangan telalu membebani warga. Dalam kondisi pandemi ini kami malah gotong royong mengadakan fasilitas sendiri bagi warga kami yang isolasi mandiri dengan memberikan bantuan sembako dan makanan bagi warga yang sakit. Dan hingga per-detik ini pun masih belum ada kehadiran negara yang melalui Pemkot dalam perhatiannya terhadap warga kami yang isolasi mandiri”, tandasnya.

Sementara itu, kondisi yang semakin memprihatinkan membuat MH. Soleh selaku Ketua Umum Japas (Jaringan Pemuda Surabaya) merasa prihatin. Soleh meminta, dalam kondisi seperti ini seharusnya pihak Pemkot Surabaya selalu melakukan evaluasi untuk mengatasi hal ini.

“Saya sebagai salah satu warga Surabaya merasa sangat prihatin, terlebih lagi terhadap kebijakan Pemkot yang akan menggunakan Gedung SDN sebagai tempat isolasi mandiri”, katanya.

Sambungnya, “Bukankah gedung lain yang merupakan aset milik Pemkot Surabaya masih banyak yang jauh lebih baik lagi digunakan sebagai tempat isolasi mandiri bagi korban Covid-19, lalu mengapa harus Gedung SDN yang dibuat isoman?”, tanyanya dengan prihatin.

Imbuhnya, “Dalam kondisi saat ini, Pemkot Surabaya seharusnya selalu evaluasi serta lebih terbuka lagi untuk mendengarkan dan melibatkan para elemen masyarakat agar menemukan solusi atau masukan lain yang lebih bijaksana dan lebih beradab”, pungkasnya.

error: Content is protected !!