Surabaya | AbangPutih.com – Sepertinya sampah selalu menjadi masalah yang kurang begitu bisa terselesaikan bagi Pemkot Surabaya. Salah satunya yang ada di Bozem Avur Sumo Kali Tambak Lumpang, pasalnya tumpukan sampah membuat aliran tempat penampung air tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Bukan hanya berhenti disitu saja, jika musim penghujan dengan curah hujan cukup tinggi, luapan air dan sampah masuk ke permukiman warga perbatasan antara Kecamatan Sukomanunggal dan Kecamatan Asemrowo ini.
Menurut salah satu warga yang tinggal di Jalan Tambak Pring Barat dan kebetulan juga sebagai Ketua LPMK Asemrowo bernama Moch Widodo mengatakan, “Ini yang menjadi permasalahan di wilayah kami. Karena memang lokasi perbatasan, kami tidak bisa menyalahkan warga wilayah Sukomanunggal atau Asemrowo”, ujarnya, Rabu (4/11).
Tambahnya tidak hanya kurangnya kesadaran warga untuk menjaga sungai agar tetap bersih namun kondisi sungai juga mengalami penyempitan. “Artinya di sini, perlu kesadaran masing-masing warga, baik itu warga Asemrowo maupun Sukomanunggal. Dulu sungai ini lebarnya enam meter, sekarang hanya tinggal dua meter saja”, terangnya.
Permasalahan ini sudah disampaikan kepada Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Hijau (DKRTH) Kota Surabaya, tetapi tidak ada respons sama sekali. “Kita selama ini sering menyampaikan ke dinas terkait tapi kurang respon, kurang begitu cepat dan bahkan tidak tanggap”, imbuhnya.
Jika musim penghujan, tambah Widodo, tidak hanya sampah di sungai saja yang meluber ke permukiman. Namun, kotoran lain yang seharusnya langsung membuangnya di sungai juga ikut meluap. “Daerah sini menjadi langganan banjir. Dan ini kerap menjadikan resah warga, di mana kotoran manusia juga ikut meluber. Ini yang menyebabkan penyakit gatal-gatal dan muntaber”, tambahnya.
Untuk itu, Widodo berharap agar pemkot kembali memfungsikan bozem sebagaimana peruntukannya selama ini. “Bozem ini diperuntukkan kelanjutannya atau hanya penampung sementara. Kita juga tidak tahu untuk tindak lanjut pemkot”, pungkas Widodo.
Disamping itu, Teguh Ardi Srianto selaku Ketua Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan – KJPL Indonesia juga mengatakan, “Seringnya terjadi banjir di Kawasan Asemrowo, itu tidak hanya disebabkan masih kurangnya kesadaran dari masyarakat dalam mengolah sampah, tapi juga karena banyak saluran air yang tidak berfungsi seperti seharusnya”, kata Teguh.
Teguh juga menyesalkan di tengah Kota Surabaya yang katanya Kota Adipura Kencana dan merupakan Kota Metropolis ke 2 se-Indonesia Raya setelah Jakarta, ternyata masih ada saja Bozem yang malah menjadi lautan tumpukan sampah. “Sayangnya di era Tri Rismaharini sampai hingga menjelang mau habis jabatannya, tidak ada progres apapun yang lebih signifikan terkait penyelesaian sampah di Kota Surabaya yang selalu menggenangi Bozem”, imbuhnya.
Sementara itu, Anna Fajriatin selaku Plt Kadis DKRTH mengatakan, pihaknya sudah menerjunkan petugas ke lokasi. “Tadi saya sudah suruh teman-teman untuk cek. Artinya, tidak hanya itu nanti juga pasti ada pembersihan secara rutinitas”, terangnya. Anna juga mengimbau agar warga tidak lagi membuang sampah sembarangan. (Zal)