Surabaya | AbangPutih.com – Anggota DPRD Surabaya, Baktiono, B.A.. S.S., menutup agenda resesnya dengan memberikan hiburan kepada warga pagelaran Ludruk Luntas (Ludrukan Nom-Noman Tjap Arek Soeroboio) di halaman Balai RW 05, Kapas Lor Wetan, Kelurahan Kapas Madya Baru, Kecamatan Tambaksari, Minggu (14/09/2025) malam.
Dalam pagelaran ini, warga sangat antusias dan terhibur menyaksikan pagelaran ludruk dengan lakon “Dendam Genderuwo Kali Pogot”. Apalagi, hal ini juga masih dalam rangka moment HUT Kemerdekaan RI ke-80.
Bunadi selaku Ketua RW 5 Kapas Lor Wetan mengucapkan terima kasih kepada warga Kapas Lor Wetan yang antusias bergotong royong, hidup rukun, guyup dan damai dalam menyaksikan pagelaran ludruk.
“Di Kapas Lor Wetan ini kami rutin mengadakan budaya-budaya asli, seperti wayang kulit, ludruk, dan campursari. Saya berusaha dan dibantu Pak Baktiono bagaimana bisa menghadirkan hiburan rakyat melalui pagelaran ini untuk seluruh masyarakat,” katanya.
Dia juga berpesan kepada para anak muda atau Karang Taruna untuk turut melestarikan kesenian atau kebudayaan seperti wayang kulit, ludruk, dan campursari yang merupakan budaya kearifan lokal.
“Anak muda harus menjaga dan melestarikan seni budaya asli jangan sampai tenggelam karena jika lama tidak dipakai, maka bisa diklaim dan diambil negara lain,” ungkapnya.
Sementara itu di sela-sela pergelaran ludruk, Baktiono yang juga anggota Komisi B DPRD Kota Surabaya menyatakan, di Kapas Lor Wetan, RW 5 ini pentas seni kesenian tradisional diadakan secara rutin setiap moment hari besar nasional dengan cara bergotong royong.
“Beberapa waktu lalu ada wayang kulit tapi modifikasi, campursari, dan sekarang ludruk. Kami bangga dengan warga RW 5, dan pentas seni ini memang harus tetap dilaksanakan,” kata Baktiono.
“Ludruk ini kesenian asli Surabaya yang harus terus dilestarikan dan apa yang disampaikan oleh seniman ludruk cukup menghibur, meski ada sentilan-sentilan,” imbuhnya.
Baktiono menjelaskan, dulu kesenian ludruk main di gedung-gedung. Di Surabaya, dulu ludruk berkembang cukup pesat dan mengalami kejayaan karena ludruk dianggap sebagai kesenian yang dekat dengan masyarakat.
“Dulu di tempat kami juga ada Gedung Sumber Karya Widati, ludruk menetap di situ dan kalau main sebulan. Kemudian ganti ketoprak sebulan, Jangger dari Banyuwangi sebulan, wayang orang sebulan,” jelasnya.

Kini, menurut Baktiono tidak ada gedung-gedung spesifik untuk ludruk seperti dulu di Taman Hiburan Rakyat (THR). Sedangkan di Pulo Wonokromo, itu adalah gedung ludruk terakhir yang tergusur oleh kesenian-kesenian modern.
“Oleh karena itu kami bangga dengan anak-anak muda, mereka tetap bisa melestarikan kesenian ludruk, walaupun saya lihat judulnya itu judul-judul kontemporer. Judul-judul yang ada di sekitar warga masyarakat. Seperti saat ini lakonnya ‘Dendam Genderuwo Kali Pogot’. Dulu disebelah sini sebenarnya Kali Rangkah karena dekat kuburan. Ini mengingatkan anak-anak sekarang kalau di sana itu angker. Tapi kalau sekarang hampir tak ada warga yang merasa ‘diganggu’ karena sudah ada penerangan jalan umum (PJU) di era modern ini,” bebernya.
Menurut Baktiono, ludruk dengan judul-judul klasik juga harus disampaikan agar warga tahu dan mengerti. Judul klasik ludruk seperti Sawunggaling, Sarip Tambak Oso, Sampek Engtay dan lain sebagainya harus disampaikan ke warga, agar mereka tahu bahwa itu buah karya dari seniman-seniman ludruk waktu itu yang luar biasa.
“Kalau saya menyampaikan dalam bentuk berbeda, seperti dalam bentuk kuis atau pertanyaan. Misalnya, kapan Surabaya lahir atau berdiri. Ini ada ceritanya. Kami tanyakan ini agar masyarakat melihat, dan paling tidak mereka mengingatnya,” terangnya.
Baktiono pun berpesan kepada generasi muda secara umum, mereka harus paham, khususnya Arek-Arek Suroboyo tentang sejarah Surabaya, sejarah perjuangan Surabaya, baik masa lalu, masa perjuangan, dan masa sekarang ini, di mana legenda-legenda itu harus tahu.
“Misalnya, di Wiyung ada Sawunggaling, di Praban ada Mbok Rondo Praban, Jembatan Merah, Taman Jayengrono dan lain sebagainya. Ini ada ceritanya dan para generasi muda harus memahaminya,” tandasnya.