
Surabaya | AbangPutih.com – Pemilihan Kepala Daerah atau Pilwali serentak di seluruh Indonesia telah memasuki menjelang kurang lebih 1 bulan, tepatnya 9 Desember 2020 nanti. Pada situasi saat ini telah memasuki masa kampanye yang telah berjalan sejak 1 minggu yang lalu. Berbagai program serta misi dan visi setiap paslon telah dipaparkan kepada para pendukung juga warga pada setiap agenda kampanye. Selain berlomba-lomba untuk berkompetisi secara sehat, para paslon juga tidak lupa untuk meminta simpati kepada para warga serta pendukung agar memilihnya nanti pada 9 Desember 2020.
Disaat semakin padatnya agenda kampanye, perhelatan pesta demokrasi para paslon calon Wali dan Wakil WaliKota Surabaya diduga semakin masif. Berdasarkan pantauan awak media, hampir setiap hari para paslon memiliki schedule agenda padat menghampiri setiap warga di kota Surabaya secara bergilir untuk berkampanye meminta simpati dukungan. Namun diantara paslon nomor urut satu Eri Cahyadi – Armuji dan paslon nomor urut dua Machfud Arifin – Mujiaman Sukirno, mana yang bakal mendapatkan dukungan penuh dari warga Kota Surabaya?
Minggu (18/10), Menurut MH. Soleh, “Pemuda Surabaya melalui JAPAS (Jaringan Pemuda Surabaya) menilai aroma pilkada Surabaya tidak seimbang. Meskipun didukung oleh banyak partai, namun kandidat Cawali-Cawawali Surabaya MA-Mujiaman masih kalah telak dengan paslon Er-Ji. Setelah menyampaikan Rilis Hasil Survey Internal Japas, Er-Ji masih unggul di kisaran 60 % lebih”, ungkapnya.
Dikutip dari Rilis Hasil Survey Internal Japas, banyak variabel ketimpangan politik yang telah dihimpun dan berikut hasil rilis tersebut:
1. Kader Partai Politik PDI-P Surabaya lebih mengakar ke tingkat bawah dibanding tim partai pendukung MA-Mujiaman.
2. Er-Ji dibangun dengan pondasi politik loyalitas setiap kader secara penuh, beda dengan MA-Mujiaman yang hanya mempunyai basis pendukung dadakan.
3. Adanya kader partai langsung di tubuh paslon Er-Ji, sedangkan pihak MA-Mujiaman tidak berbasis murni kader partai.
4. Er-Ji telah teruji menghadapi pemilu, sedangkan MA-Mujiaman baru terjun di pemilu pilkada Surabaya ini.
5. Biaya Politik Er-Ji cenderung lebih efisien karena masyarakat sudah mengenal sosok Er-Ji lebih dulu sebelum MA-Mujiaman.
6. MA-Mujiaman tidak di dukung tim yang benar-benar paham karakteristik peta politik lokal Surabaya.
7. Simpul-simpul Kader & Relawan MA-Mujiaman banyak tidak dikenal masyarakat.
Soleh juga menambahkan, “Jika ingin memenangkan Pilwali, MA-Mujiaman sepertinya harus bekerja lebih ekstra keras untuk dapat menutupi 7 poin ketertinggalan tersebut tapi apakah mampu, sedangkan sudah jelas semenjak Walikota sebelumnya Kota Surabaya ini sudah ‘memerah’ (didominasi PDI-P, red) terlebih dulu”, imbuhnya. Benarkah statement MH. Soleh selaku Ketum Japas memang terbukti seperti itu dari hasil surveynya? Hanya waktu dan warga Kota Surabaya sendiri nanti yang akan menentukan pada 9 Desember 2020 nanti. (Zal).